Berdasarkan hasil perkuliahan, diskusi, observasi ke sekolah, wawancara dengan guru dan pakar di Huazhong Normal University ditemukan beberapa pelajaran berharga dari negeri China terkait pendidikan karakter diantaranya:
1. Komitmen kuat Pemerintah Cina untuk memajukan Pendidikan Karakter. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan pemimpin Cina sebagaimana tertuang dalam buku Li Lanqing (mantan Wakil PM Cina) “Education for 1.3 Billion” bahwa Deng Xiaoping pada tahun 1985, secara eksplisit mengungkapkan pentingnya pendidikan karakter: Throughout the reform of the education system, it is imperative to bear in mind that reform is for the fundamental purpose of turning every citizen into a man or woman of character and cultivating more constructive members of society (Decisions of Reform of the Education System, 1985). Secara eksplisit Presiden Jiang Zemin, memberikan dukungan melalui pidato-pidatonya: “After many years of practice, character education has become the consensus of educators and people from all walks of life across this nation. It is being advanced in a comprehensive way“. Karena itu program pendidikan karakter telah menjadi kegiatan yang menonjol di Cina yang dijalankan sejak jenjang pra-sekolah sampai universitas dan mendapat dukungan kuat dari pemerintah.
Komitmen pemerintah Cina tidak sebatas ungkapan tetapi ditindaklanjuti dengan implementasi di lapangan, terbukti dengan dikeluarkannya peraturan pelaksanaan diantaranya” “Regulation of the Work of Moral Education in Primary and Secondary Schools”, “Outline for Moral Education in Primary and Secondary Schools” and the “Outline for Moral education in High Schools”. Disamping itu dirumuskan pula oleh pemerintah “Code of Conduct of Primary School Pupils”, the “Code of Conduct of Secondary School Students”, the “Norms of Daily Behaviors for primary School Pupils” yang harus diterapkan di sekolah. Selain itu didukung pula dengan berbagai pola pembinaan yang secara tidak langsung mendukung pengembangan karakter warga Negara.
2. Pola pembinaan karakter di Cina dikembangkan melalui:
a. Pendidikan kewarganegaraan dengan label pendidikan moral
Pendidikan moral merupakan mata pelajaran yang pertama dan utama yang diajarkan pada seluruh jenjang pendidikan. Pendidikan moral di Cina berisi doktrinasi ideologi-politik negara yang berpahamkan Marxisme-Leninisme, dan moral sosialis berdasarkan ajaran Mao Zedong, teori Deng Xiaoping , dan Five Loves: love the motherland and love the people, love labor, love science and love socialism“. Pendidikan moral menekankan pada kecintaan kepada negara, kesadaran moral sosialis sejati yang harus menjadi alat untuk mencapai tujuan akhir ideologi sosialisme, dan praksisnya adalah bagaimana menyiapkan manusia untuk mempunyai karakter seorang sosialis sejati (persaudaraan antarmanusia; saling peduli, dan berkeadilan), kerja keras dan jujur. Untuk tingkat universitas, muatan materi Pendidikan Kewarganegaraan di Cina lebih banyak dan dipelajari melalui beberapa mata kuliah umum yang wajib diikuti mahasiswa yaitu “Basic Principles of Marxism”, “An Introduction to Mao Zedong Thought, Deng Xiaoping Theory and the Significant Thought of Three Representatives”, “outline of Modern Chines History”, and “Situation and Policy”. Pendidikan Moral di Cina masih mempertahankan karakternya sebagai indoktrinasi ideologi politik marxisme bagi generasi muda dan warga negaranya. Dengan Pendidikan moral ini lah Cina mampu mempertahankan ideologi politik marxisme nya melawan liberalisme-kapitalisme Barat.
b. Mata pelajaran lain dalam standar isi dan proses pembelajaran
Pendidikan karakter di Cina tidak hanya dikembangkan melalui mata pelajaran Pendidikan Moral dan Ideologi Politik tetapi semua mata pelajaran mengambil bagian penting dalam pengembangan pendidikan karakter yang tercantum dalam standar isi kurikulum dan proses pembelajaran di kelas. Guru mengaitkan materi pembelajaran dengan nilai-moral-norma dalam kehidupan sehari-hari misalnya persaudaraan, hormat kepada orang tua, pemeliharaan lingkungan, kedisiplinan, kejujuran, self evaluation dan penilaian antar teman dalam penegakan aturan. Dalam setiap kesempatan pembelajaran guru menanamkan kebanggaan terhadap negara China, dan sejarah kejayaan negara China di masa lalu yang harus dibangkitkan kembali saat ini dan ke depan, Di tingkat universitas pada umumnya pemaparan materi perkuliahan diawali dengan latar belakang historis China yang mewarnai perkembangan pemikiran suatu teori. Di persekolahan pun guru senantiasa menggali karya-karya para pemikir besar China di masa lalu dan saat ini.
c. Kegiatan praktikum terintegrasi mulai kelas 3 SD sampai Universitas. Kegiatan praktikum terintegrasi ini meliputi penelitian (inquiry dan eksperimen), pendidikan teknis untuk keterampilan kerja, pengabdian kepada masyarakat (community service), dan praktek kerja lapangan. Sehingga tidak heran jika di China terlihat beberapa mahasiswa memberikan pelayanan social dan praktek bekerja menjaga gerbang universitas, menjaga asrama, menjaga gedung perkuliahan. Di zebra cross terlihat siswa SMA bertugas menyebrangkan pejalan kaki, di tempat wisata menjadi pemandu wisata, mendorong kursi roda penyandang cacat, kepanitiaan dalam kegiatan sosial, misalnya pengumpulan buku sumbangan, menjaga stand dalam kegiatan expo, dan lain-lain. Melalui kegiatan penelitian (inquiry dan eksperimen) siswa dituntut kreativitasnya untuk menemukan suatu karya baru. Tidak heran hal inilah yang membuat warga China kreatif dalam membuat aneka karya dalam home industry yang laku secara ekonomis di pasaran internasional. Penilaian terhadap praktikum terintegrasi dilakukan oleh panitia atau lembaga dimana siswa berpraktek dan seterusnya dilaporkan kepada guru/sekolah/universitas. Kegiatan praktikum terintegrasi ini merupakan wahana pembinaan moral siswa secara praktis. Hal ini sejalan dengan Lickona (1992), bahwa moral yang harus dibelajarkan adalah moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling yang merupakan sumber energi dari diri manusia untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral dan Moral Action yaitu bagaimana membuat pengetahuan dan perasaan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Kegiatan praktikum inilah yang merupakan moral action. Melalui praktikum terintegrasi proses knowing the good, loving the good, and acting the good, yaitu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik dilakukan siswa secara terintegrasi, sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart, and hands.
d. Iklim Sekolah
1) Pemerintah memiliki komitmen untuk memajukan pendidikan dengan membangun sekolah yang berasrama sejak SD sampai Perguruan Tinggi dengan fasilitas yang sangat memadai. Pada persekolahan berasrama pembentukan karakter (toleransi, kemandirian, ketekunan, pencapaian prestasi terbaik) terpola melalui aktivitas di sekolah dan di asrama. Di Huazhong Normal University tempat saya tinggal, semua mahasiswa wajib tinggal di asrama. Kampus didirikan di area yang sangat luas karena setiap fakultas disamping memiliki gedung perkuliahan juga memiliki asrama tersendiri. Untuk mahasiswa asing yang jumlahnya mencapai 1000 orang lebih disediakan dormitory khusus mahasiswa asing dengan fasilitas yang sangat memadai.
2) Penegakan peraturan di kelas dan sekolah. Walaupun pada umumnya jumlah siswa dalam satu kelas 60 orang (kelas gemuk) tetapi siswa disiplin, tertib, dan aktif dalam pembelajaran. Sekolah memiliki peraturan yang jelas dan tegas sanksinya. Peraturan tersebut terpampang di dinding lorong sekolah dan semua siswa harus self evaluation dan juga saling menilai antar teman. Suatu waktu ada siswa terlambat ikut senam pagi, maka dia dengan sendirinya memisahkan diri, kemudian berdiri di depan pintu kelas tidak berani masuk sebelum gurunya mempersilahkan. Ada siswa yang naik tangga pada tangga yang bertuliskan “tangga turun”, maka siswa yang lain menegurnya. Di Huazhong Normal University diterapkan sistem “bel” untuk masuk kelas, pergantian jam pelajaran (setiap pergantian jam pelajaran diberikan waktu istirahat 10 menit), dan selesai kelas perkuliahan. Pintu kelas perkuliahan menggunakan system modern, dimana hanya bisa dibuka dari dalam kelas, sehingga mahasiswa yang datang terlambat tidak bisa langsung masuk kelas.
3) Penyediaan berbagai kegiatan ekstrakurikuler sesuai minat siswa diantaranya Students’ science club, Flag class, Speaking club, Writing club (Journalist), Instrumental music, Art, Start English, Soccer club, Photograph, Concentration union, Movie, Dancing, Singing, Creative art, Computer, Accoustic class, Automotive, dan lain-lain. Kegiatan ini dibimbing oleh guru dan juga mendatangkan ahli dari luar sehingga banyak menghasilkan siswa yang berprestasi sesuai bidangnya dalam kegiatan pertandingan dan perlombaan yang diadakan oleh pemerintah maupun swasta.
4) Komitmen pemerintah untuk mengembangkan siswa yang sehat fisik dan mental disamping siswa yang cerdas dan bermoral, maka setiap sekolah difasilitasi dengan berbagai fasilitas olah raga yang memadai, terutama lapang sepak bola, tenis meja, bulu tangkis, dan senam (bahkan pada sekolah unggulan difasilitasi dengan kolam renang). Fasilitas ini digunakan siswa tidak hanya ketika pelajaran olah raga tetapi ketika istirahat pun mereka memanfaatkannya. Pada tingkat persekolahan siswa sudah difokuskan peminatan olah raga, bahkan pada tingkat Universitas, mahasiswa wajib masuk club-club olah raga. Hal ini membuat bakat-bakat olah raga terpupuk sejak kecil dan sebagai modal untuk berprestasi dalam olah raga di tingkat internasional seperti yang telah diraih China saat ini. Tidak heran pula masyarakat China menjadikan olah raga sebagai sebuah kebutuhan, sehingga di tempat-tempat umum lainnya, misalnya di taman kota difasilitasi dengan alat-alat olah raga, dan banyak terlihat pula masyarakat melakukan senam Taichi dan lainnya khas China.
5) Guru memberikan teladan dalam kedisiplinan, ketaatan pada aturan, dan kejujuran. Disamping itu guru memiliki kemampuan profesional yang senantiasa dikontrol oleh pemerintah melalui Kepala Sekolah. Guru secara berkala mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi yang umumnya dilaksanakan oleh Normal University (LPTK). Guru diharuskan memiliki kemampuan ICT, sehingga minimal mampu menggunakan powerpoint dalam pembelajaran, karena coursewear dan perangkatnya nya sudah disiapkan oleh pemerintah dan tersedia di sekolah.
Demikian beberapa diantara sekian banyak pelajaran positif yang dapat dipetik dari pengalaman saya di China, semoga bermanfaat. (sumber : http://ppkn.upi.edu/)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda bebas menulis di tempat komentar ini. Jika anda memilih Anonim (tanpa nama) pada teks komentar dapat menuliskan nama anda dan e-mail anda agar identitas anda jelas.